PesMa_IC
Sejenak bersama dalam Da'wah Ilahiyah

Tafsir Qur'an Surat An-Nur (1/2)

Allah (pemberi) cahaya (kepada )langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tidak tumbuh di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Professor Ali Ash Shabuni, mufassir terkemuka masa kini memberikan penjelasan mengenai arti ayat diatas dalam kitab tafsir Shofwatut Attafaasir halaman 240, sebagai berikut ;

Allah cahaya bagi langit dan bumi, yaitu Allah sebagai munawwir ( yang menerangi ) langit dan bumi. Allah menerangi langit dengan bintang-bintang yang terang dan menerangi manusia di bumi dengan syariat dan hukum-hukum. Oleh sebab itu di turunkanlah utusan-utusan (rasul-rasul) yang mulia. Arti Cahaya ( Nur) disini adalah ciptaan Allah berupa bintang-bintang atau matahari, sedangkan Cahaya (Nur) bagi penduduk bumi berupa hukum-hukum atau syariat. Dan diturunkan rasul-rasul sebagai Nur yang memberikan pencerahan dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang …minadhz dhzulumati ilan nuur (Al Baqarah ayat 257 ). Pada tafsir ini disimpulkan bahwa cahaya itu ciptaan Allah bukan Allah itu sendiri. Jika demikian arti cahaya sebagai diluar Tuhan (ciptaan) maka kita telah syirik apabila menghadap kepada ciptaanNya.

Mari kita lanjutkan dengan pendapat yang lain :

Telah berkata Ath Thabari : Allah sebagai Pemberi petunjuk ( Al Hadi ) bagi penduduk langit dan bumi dengan cahayanya menuju kebenaran ( Al Haq ) dan memberikan tuntunan ( isymat ) untuk keluar dari perbuatan yang tercela.

Allah yang menuntun penduduk langit dan bumi dengan berbagai macam cara, berupa ilham, isymat ( tuntunan secara langsung ), sehingga orang keluar dari perbuatan yang tercela menjadi kebaikan. Hal ini terjadi kepada Nabi Yusuf Alaihissalam : Sungguh wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu ) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andai kata tidak melihat tanda (Burhan/ cahaya/ pencerahan) dari Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang berserah diri (Yusuf :24)

Allah memberikan pencerahan (burhan) kepada nabi Yusuf berupa bimbingan dan tuntunan (‘Isymat) agar selamat dari perbuatan yang tercela. Dengan demikian nabi Yusuf telah mendapakan Nur Allah, artinya Yusuf telah mendapatkan ilham dari Allah .

Kemudian pendapat Syekh Al Qurthuby : Kata Cahaya ( An Nur) bagi orang-orang Arab, sering digunakan sebagai majaz ( perumpamaan ) untuk memberikan makna kepada sesuatu kata yang sulit di ungkapkan, sehingga mereka cukup berkata itu "Nur".

Kata-kata majaz ini sebenarnya tidak perlu kita fahami sebagai arti yang sebenarnya , sebab kita akan menjadi bingung sendiri.

Seperti ungkapan seorang penyair : Engkau bagiku adalah Nur, artinya sebagai penolong dan penuntun.. ada juga orang yang berkata : Si fulan itu cahaya (Nur) bagi Negerinya , sebagai matahari dan bulan.

Bagi orang-orang Arab lumrah saja mengatakan bahwa Allah adalah Nur bagi alam semesta. Disebut demikian karena adanya alam ini berasal dari Allah, bergantung kepadanya, dan yang mengatur segala urusannya dengan ketetapan kudrat-Nya. Maka Allah disebut Nur alam semesta. Kita tidak perlu mengkotak-katik kata majaz ini sebab kita akan tersesat sendiri, seperti pada kalimat "saya mau pergi ke rumah sakit". Kalau kita tidak mengerti kata majaz, kita akan menjadi gila karena tidak akan menemukan rumah yang menderita sakit. Atau ada kalimat "nyiur melambai-lambai", kita cukup mengerti apa yang dimaksudkan tanpa harus mengatakan nyiur kok melambai-lambai, memangnya punya tangan ??. Pada masa Nabi hal itu tidak pernah ditanyakan artinya, karena para sahabat sudah faham maksudnya dan kalimat (majaz /perumpamaan) itu sudah terbiasa di gunakan untuk menjelaskan sesuatu yang sulit dimaknai dengan baik. Seperti pada kalimat "Allah menciptakan langit dan bumi dengan kedua tangannya.", kita tidak perlu membayangkan tangan Allah segede apa ya ..??

Berkata Ibnu Athaillah : beliau menafsirkan Nur yaitu " keadaan segala sesuatu pada dasarnya adalah kegelapan ( ketiadaan ), kemudian Allah menerangi dengan Nur-Nya sehingga menjadi tampak / terwujud atau menjadi ada. Kalaulah tidak ada wujud Allah maka tidak akan ada wujud segala sesuatu ini. Sebagaimana hadist Rasulullah Saw : Allahumma lakal hamdu anta nurussamawaati wal ardh waman fihinna ~ Ya Allah, Engkau adalah cahaya bagi langit dan bumi beserta isinya )

Pada dasarnya segala sesuatu itu tidak ada, yang ada hanyalah Allah. kemudian semua menjadi ada, disebabkan adanya Allah. maka Allah disebut Cahaya ( Nur ), karena yang memulakan ada.

Berkata Ibnu mas’uud : laisa ‘inda rabbikum lailun wa nahaarun. yang dimaksudkan adalah wujud Allah yang tidak terpengaruh oleh waktu malam ataupun siang, sebab Dzat Allah tidak terikat oleh segala sesuatu, akan tetapi segala sesuatu terikat atau bersandar kepada Dzatullah. Secara tegas beliau mengartikan nurussamawati wal ardh itu adalah Dzatullah.

Berkata Ibnu Qayyim : Allah swt menamakan dirinya Nur. Dan Allah juga menamakan kitabnya Nur, rasul-rasul-Nya sebagai Nur, menghijabi dirinya dan makhluknya dengan Nur.

Dengan demikian telah sepakat para mufassir untuk mengartikan Allah Nurussamawati wal Ardh sebagai Al hadi; yang memberikan hidayah, yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Dalam hal ini tidak ada pertentangan antara Ibnu Mas’ud, Ibnu Qayyim dan yang lainnya. Mereka sepakat bahwa Nur adalah Allah sendiri bukan cahaya-Nya. Sebab kalau cahaya dengan arti yang sebenarnya maka kita telah menyembah bukan Dzat-Nya tetapi ciptaan-Nya sehingga kita termasuk orang yang berbuat syirik. Sama halnya apabila kita menyembah matahari, karena matahari juga disebut Nur, kitab-kitab disebut Nur, ilmu juga disebut nur, hidayah berarti nur, si fulan juga nur bagi negaranya, Muhammad juga nur dst. Akan tetapi yang dibahas pada ayat diatas adalah Allah sebagai Nur, nurun ‘ala nurin. Dia cahaya diatas cahaya .

Untuk lebih jelasnya kita lanjutkan bagaimanakah kenyataan Nur yang dimaksudkan oleh tafsir berikutnya : ( matsalu nuurihi ) perumpamaan cahaya Allah dalam hati orang-orang mukmin bagaikan sebuah misykat ( kamisykatin fiha misbahun / cerukan pada dinding yang didalamnya terdapat pelita, yaitu cahaya yang terhimpun di dalam misykat yang mengakibatkan cahaya itu bersinar amat terang sekali .

Di dalam kitab Tasyhil dijelaskan : Bahwa makna sifat Nur Allah sulit digambarkan oleh pikiran manusia, maka dibuatlah perumpamaan seperti sifatnya misykat yang didalamnya ada pelita yang terang benderang karena sinarnya terhimpun disitu. Misykat itu ibarat hati orang mukmin, sedangkan hidayah itu adalah Nur Allah yang menuntun hati orang mukmin menuju jalan yang haq. Dengan Nur itulah Allah akan membimbing menjadi ‘khusyu’, bertakwa, bergetar hatinya dikala disebut nama Allah, dan menenangkan hati, serta melapangkannya. Nur Allah itu bukan berwarna kuning, biru, atau yang putih berkilauan, sebab itu masih berupa apa yang bisa kita bayangkan. Sedangkan Nur Allah bukan berupa huruf, bukan suara, bukan wujud materi. Seperti disebutkan didalam kitab Masyariq, bahwa Nur, ilham, wahyu, ialah sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat. Dikehendaki dengan cepat ialah dituangkan sesuatu pengetahuan-pengetahuan kedalam jiwa sekaligus dengan tidak lebih dahulu timbul pikiran dan muqaddimat-muqaddimatnya. Itulah yang dimaksudkan Allah memberikan tuntunan dengan Nur-Nya. Nur di sini berarti ilham atau wahyu , intuisi, naluri.

Almishbahu fii zujaajah), pelita itu terbuat dari kaca yang bening, seakan-akan bintang-bintang seperti mutiara, yang minyaknya berasal dari pohon zaitun yang di berkati. Dan mengandung manfaat yang sangat banyak.

Laasyarqiyya wa la gharbiyyah ~ tidak tumbuh ditimur dan tidak juga di barat. Ayat ini menggambarkan bahwa Nur itu tidak bisa digambarkan sehingga tidak bisa dikatakan berada dimana dan bagaimana. Tidak barat juga tidak timur berarti tidak ada batas ruang waktu, tidak ada tempat. Diibaratkan berada di ruang yang tidak ada apa-apa, misalnya berada di padang pasir yang luas, tidak ada gunung, tidak ada pohon, tidak ada goa, atau seperti kalau kita berada diruang angkasa, kita berada di luar pengaruh siang dan malam, tidak dibatasi oleh bumi dan planet lainnya maka kita akan berada di wilayah yang tidak ada barat, timur, atas, bawah, utara, selatan, tidak ada kemarin tidak ada akan datang , tidak ada hari senin, selasa , bulan, januari, februari dll, yang ada kekinian atau keabadian .

……….bersambung ke 2/2 Tafsir surat An-Nur
0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments

تقويم الهجري

jam piro kang?

Followers


Name :
Web URL :
Message :

Recent Posts