PesMa_IC
Sejenak bersama dalam Da'wah Ilahiyah

Tafsir Qur'an Surat An-Nur (1/2)

Kamis, Oktober 15, 2009
Allah (pemberi) cahaya (kepada )langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tidak tumbuh di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Professor Ali Ash Shabuni, mufassir terkemuka masa kini memberikan penjelasan mengenai arti ayat diatas dalam kitab tafsir Shofwatut Attafaasir halaman 240, sebagai berikut ;

Allah cahaya bagi langit dan bumi, yaitu Allah sebagai munawwir ( yang menerangi ) langit dan bumi. Allah menerangi langit dengan bintang-bintang yang terang dan menerangi manusia di bumi dengan syariat dan hukum-hukum. Oleh sebab itu di turunkanlah utusan-utusan (rasul-rasul) yang mulia. Arti Cahaya ( Nur) disini adalah ciptaan Allah berupa bintang-bintang atau matahari, sedangkan Cahaya (Nur) bagi penduduk bumi berupa hukum-hukum atau syariat. Dan diturunkan rasul-rasul sebagai Nur yang memberikan pencerahan dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang …minadhz dhzulumati ilan nuur (Al Baqarah ayat 257 ). Pada tafsir ini disimpulkan bahwa cahaya itu ciptaan Allah bukan Allah itu sendiri. Jika demikian arti cahaya sebagai diluar Tuhan (ciptaan) maka kita telah syirik apabila menghadap kepada ciptaanNya.

Mari kita lanjutkan dengan pendapat yang lain :

Telah berkata Ath Thabari : Allah sebagai Pemberi petunjuk ( Al Hadi ) bagi penduduk langit dan bumi dengan cahayanya menuju kebenaran ( Al Haq ) dan memberikan tuntunan ( isymat ) untuk keluar dari perbuatan yang tercela.

Allah yang menuntun penduduk langit dan bumi dengan berbagai macam cara, berupa ilham, isymat ( tuntunan secara langsung ), sehingga orang keluar dari perbuatan yang tercela menjadi kebaikan. Hal ini terjadi kepada Nabi Yusuf Alaihissalam : Sungguh wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu ) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andai kata tidak melihat tanda (Burhan/ cahaya/ pencerahan) dari Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang berserah diri (Yusuf :24)

Allah memberikan pencerahan (burhan) kepada nabi Yusuf berupa bimbingan dan tuntunan (‘Isymat) agar selamat dari perbuatan yang tercela. Dengan demikian nabi Yusuf telah mendapakan Nur Allah, artinya Yusuf telah mendapatkan ilham dari Allah .

Kemudian pendapat Syekh Al Qurthuby : Kata Cahaya ( An Nur) bagi orang-orang Arab, sering digunakan sebagai majaz ( perumpamaan ) untuk memberikan makna kepada sesuatu kata yang sulit di ungkapkan, sehingga mereka cukup berkata itu "Nur".

Kata-kata majaz ini sebenarnya tidak perlu kita fahami sebagai arti yang sebenarnya , sebab kita akan menjadi bingung sendiri.

Seperti ungkapan seorang penyair : Engkau bagiku adalah Nur, artinya sebagai penolong dan penuntun.. ada juga orang yang berkata : Si fulan itu cahaya (Nur) bagi Negerinya , sebagai matahari dan bulan.

Bagi orang-orang Arab lumrah saja mengatakan bahwa Allah adalah Nur bagi alam semesta. Disebut demikian karena adanya alam ini berasal dari Allah, bergantung kepadanya, dan yang mengatur segala urusannya dengan ketetapan kudrat-Nya. Maka Allah disebut Nur alam semesta. Kita tidak perlu mengkotak-katik kata majaz ini sebab kita akan tersesat sendiri, seperti pada kalimat "saya mau pergi ke rumah sakit". Kalau kita tidak mengerti kata majaz, kita akan menjadi gila karena tidak akan menemukan rumah yang menderita sakit. Atau ada kalimat "nyiur melambai-lambai", kita cukup mengerti apa yang dimaksudkan tanpa harus mengatakan nyiur kok melambai-lambai, memangnya punya tangan ??. Pada masa Nabi hal itu tidak pernah ditanyakan artinya, karena para sahabat sudah faham maksudnya dan kalimat (majaz /perumpamaan) itu sudah terbiasa di gunakan untuk menjelaskan sesuatu yang sulit dimaknai dengan baik. Seperti pada kalimat "Allah menciptakan langit dan bumi dengan kedua tangannya.", kita tidak perlu membayangkan tangan Allah segede apa ya ..??

Berkata Ibnu Athaillah : beliau menafsirkan Nur yaitu " keadaan segala sesuatu pada dasarnya adalah kegelapan ( ketiadaan ), kemudian Allah menerangi dengan Nur-Nya sehingga menjadi tampak / terwujud atau menjadi ada. Kalaulah tidak ada wujud Allah maka tidak akan ada wujud segala sesuatu ini. Sebagaimana hadist Rasulullah Saw : Allahumma lakal hamdu anta nurussamawaati wal ardh waman fihinna ~ Ya Allah, Engkau adalah cahaya bagi langit dan bumi beserta isinya )

Pada dasarnya segala sesuatu itu tidak ada, yang ada hanyalah Allah. kemudian semua menjadi ada, disebabkan adanya Allah. maka Allah disebut Cahaya ( Nur ), karena yang memulakan ada.

Berkata Ibnu mas’uud : laisa ‘inda rabbikum lailun wa nahaarun. yang dimaksudkan adalah wujud Allah yang tidak terpengaruh oleh waktu malam ataupun siang, sebab Dzat Allah tidak terikat oleh segala sesuatu, akan tetapi segala sesuatu terikat atau bersandar kepada Dzatullah. Secara tegas beliau mengartikan nurussamawati wal ardh itu adalah Dzatullah.

Berkata Ibnu Qayyim : Allah swt menamakan dirinya Nur. Dan Allah juga menamakan kitabnya Nur, rasul-rasul-Nya sebagai Nur, menghijabi dirinya dan makhluknya dengan Nur.

Dengan demikian telah sepakat para mufassir untuk mengartikan Allah Nurussamawati wal Ardh sebagai Al hadi; yang memberikan hidayah, yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Dalam hal ini tidak ada pertentangan antara Ibnu Mas’ud, Ibnu Qayyim dan yang lainnya. Mereka sepakat bahwa Nur adalah Allah sendiri bukan cahaya-Nya. Sebab kalau cahaya dengan arti yang sebenarnya maka kita telah menyembah bukan Dzat-Nya tetapi ciptaan-Nya sehingga kita termasuk orang yang berbuat syirik. Sama halnya apabila kita menyembah matahari, karena matahari juga disebut Nur, kitab-kitab disebut Nur, ilmu juga disebut nur, hidayah berarti nur, si fulan juga nur bagi negaranya, Muhammad juga nur dst. Akan tetapi yang dibahas pada ayat diatas adalah Allah sebagai Nur, nurun ‘ala nurin. Dia cahaya diatas cahaya .

Untuk lebih jelasnya kita lanjutkan bagaimanakah kenyataan Nur yang dimaksudkan oleh tafsir berikutnya : ( matsalu nuurihi ) perumpamaan cahaya Allah dalam hati orang-orang mukmin bagaikan sebuah misykat ( kamisykatin fiha misbahun / cerukan pada dinding yang didalamnya terdapat pelita, yaitu cahaya yang terhimpun di dalam misykat yang mengakibatkan cahaya itu bersinar amat terang sekali .

Di dalam kitab Tasyhil dijelaskan : Bahwa makna sifat Nur Allah sulit digambarkan oleh pikiran manusia, maka dibuatlah perumpamaan seperti sifatnya misykat yang didalamnya ada pelita yang terang benderang karena sinarnya terhimpun disitu. Misykat itu ibarat hati orang mukmin, sedangkan hidayah itu adalah Nur Allah yang menuntun hati orang mukmin menuju jalan yang haq. Dengan Nur itulah Allah akan membimbing menjadi ‘khusyu’, bertakwa, bergetar hatinya dikala disebut nama Allah, dan menenangkan hati, serta melapangkannya. Nur Allah itu bukan berwarna kuning, biru, atau yang putih berkilauan, sebab itu masih berupa apa yang bisa kita bayangkan. Sedangkan Nur Allah bukan berupa huruf, bukan suara, bukan wujud materi. Seperti disebutkan didalam kitab Masyariq, bahwa Nur, ilham, wahyu, ialah sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat. Dikehendaki dengan cepat ialah dituangkan sesuatu pengetahuan-pengetahuan kedalam jiwa sekaligus dengan tidak lebih dahulu timbul pikiran dan muqaddimat-muqaddimatnya. Itulah yang dimaksudkan Allah memberikan tuntunan dengan Nur-Nya. Nur di sini berarti ilham atau wahyu , intuisi, naluri.

Almishbahu fii zujaajah), pelita itu terbuat dari kaca yang bening, seakan-akan bintang-bintang seperti mutiara, yang minyaknya berasal dari pohon zaitun yang di berkati. Dan mengandung manfaat yang sangat banyak.

Laasyarqiyya wa la gharbiyyah ~ tidak tumbuh ditimur dan tidak juga di barat. Ayat ini menggambarkan bahwa Nur itu tidak bisa digambarkan sehingga tidak bisa dikatakan berada dimana dan bagaimana. Tidak barat juga tidak timur berarti tidak ada batas ruang waktu, tidak ada tempat. Diibaratkan berada di ruang yang tidak ada apa-apa, misalnya berada di padang pasir yang luas, tidak ada gunung, tidak ada pohon, tidak ada goa, atau seperti kalau kita berada diruang angkasa, kita berada di luar pengaruh siang dan malam, tidak dibatasi oleh bumi dan planet lainnya maka kita akan berada di wilayah yang tidak ada barat, timur, atas, bawah, utara, selatan, tidak ada kemarin tidak ada akan datang , tidak ada hari senin, selasa , bulan, januari, februari dll, yang ada kekinian atau keabadian .

……….bersambung ke 2/2 Tafsir surat An-Nur
Read On 0 komentar

Tafsir Qur'an Surat An-Nur (1/2)

Kamis, Oktober 15, 2009
Allah (pemberi) cahaya (kepada )langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tidak tumbuh di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Professor Ali Ash Shabuni, mufassir terkemuka masa kini memberikan penjelasan mengenai arti ayat diatas dalam kitab tafsir Shofwatut Attafaasir halaman 240, sebagai berikut ;

Allah cahaya bagi langit dan bumi, yaitu Allah sebagai munawwir ( yang menerangi ) langit dan bumi. Allah menerangi langit dengan bintang-bintang yang terang dan menerangi manusia di bumi dengan syariat dan hukum-hukum. Oleh sebab itu di turunkanlah utusan-utusan (rasul-rasul) yang mulia. Arti Cahaya ( Nur) disini adalah ciptaan Allah berupa bintang-bintang atau matahari, sedangkan Cahaya (Nur) bagi penduduk bumi berupa hukum-hukum atau syariat. Dan diturunkan rasul-rasul sebagai Nur yang memberikan pencerahan dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang …minadhz dhzulumati ilan nuur (Al Baqarah ayat 257 ). Pada tafsir ini disimpulkan bahwa cahaya itu ciptaan Allah bukan Allah itu sendiri. Jika demikian arti cahaya sebagai diluar Tuhan (ciptaan) maka kita telah syirik apabila menghadap kepada ciptaanNya.

Mari kita lanjutkan dengan pendapat yang lain :

Telah berkata Ath Thabari : Allah sebagai Pemberi petunjuk ( Al Hadi ) bagi penduduk langit dan bumi dengan cahayanya menuju kebenaran ( Al Haq ) dan memberikan tuntunan ( isymat ) untuk keluar dari perbuatan yang tercela.

Allah yang menuntun penduduk langit dan bumi dengan berbagai macam cara, berupa ilham, isymat ( tuntunan secara langsung ), sehingga orang keluar dari perbuatan yang tercela menjadi kebaikan. Hal ini terjadi kepada Nabi Yusuf Alaihissalam : Sungguh wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu ) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andai kata tidak melihat tanda (Burhan/ cahaya/ pencerahan) dari Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang berserah diri (Yusuf :24)

Allah memberikan pencerahan (burhan) kepada nabi Yusuf berupa bimbingan dan tuntunan (‘Isymat) agar selamat dari perbuatan yang tercela. Dengan demikian nabi Yusuf telah mendapakan Nur Allah, artinya Yusuf telah mendapatkan ilham dari Allah .

Kemudian pendapat Syekh Al Qurthuby : Kata Cahaya ( An Nur) bagi orang-orang Arab, sering digunakan sebagai majaz ( perumpamaan ) untuk memberikan makna kepada sesuatu kata yang sulit di ungkapkan, sehingga mereka cukup berkata itu "Nur".

Kata-kata majaz ini sebenarnya tidak perlu kita fahami sebagai arti yang sebenarnya , sebab kita akan menjadi bingung sendiri.

Seperti ungkapan seorang penyair : Engkau bagiku adalah Nur, artinya sebagai penolong dan penuntun.. ada juga orang yang berkata : Si fulan itu cahaya (Nur) bagi Negerinya , sebagai matahari dan bulan.

Bagi orang-orang Arab lumrah saja mengatakan bahwa Allah adalah Nur bagi alam semesta. Disebut demikian karena adanya alam ini berasal dari Allah, bergantung kepadanya, dan yang mengatur segala urusannya dengan ketetapan kudrat-Nya. Maka Allah disebut Nur alam semesta. Kita tidak perlu mengkotak-katik kata majaz ini sebab kita akan tersesat sendiri, seperti pada kalimat "saya mau pergi ke rumah sakit". Kalau kita tidak mengerti kata majaz, kita akan menjadi gila karena tidak akan menemukan rumah yang menderita sakit. Atau ada kalimat "nyiur melambai-lambai", kita cukup mengerti apa yang dimaksudkan tanpa harus mengatakan nyiur kok melambai-lambai, memangnya punya tangan ??. Pada masa Nabi hal itu tidak pernah ditanyakan artinya, karena para sahabat sudah faham maksudnya dan kalimat (majaz /perumpamaan) itu sudah terbiasa di gunakan untuk menjelaskan sesuatu yang sulit dimaknai dengan baik. Seperti pada kalimat "Allah menciptakan langit dan bumi dengan kedua tangannya.", kita tidak perlu membayangkan tangan Allah segede apa ya ..??

Berkata Ibnu Athaillah : beliau menafsirkan Nur yaitu " keadaan segala sesuatu pada dasarnya adalah kegelapan ( ketiadaan ), kemudian Allah menerangi dengan Nur-Nya sehingga menjadi tampak / terwujud atau menjadi ada. Kalaulah tidak ada wujud Allah maka tidak akan ada wujud segala sesuatu ini. Sebagaimana hadist Rasulullah Saw : Allahumma lakal hamdu anta nurussamawaati wal ardh waman fihinna ~ Ya Allah, Engkau adalah cahaya bagi langit dan bumi beserta isinya )

Pada dasarnya segala sesuatu itu tidak ada, yang ada hanyalah Allah. kemudian semua menjadi ada, disebabkan adanya Allah. maka Allah disebut Cahaya ( Nur ), karena yang memulakan ada.

Berkata Ibnu mas’uud : laisa ‘inda rabbikum lailun wa nahaarun. yang dimaksudkan adalah wujud Allah yang tidak terpengaruh oleh waktu malam ataupun siang, sebab Dzat Allah tidak terikat oleh segala sesuatu, akan tetapi segala sesuatu terikat atau bersandar kepada Dzatullah. Secara tegas beliau mengartikan nurussamawati wal ardh itu adalah Dzatullah.

Berkata Ibnu Qayyim : Allah swt menamakan dirinya Nur. Dan Allah juga menamakan kitabnya Nur, rasul-rasul-Nya sebagai Nur, menghijabi dirinya dan makhluknya dengan Nur.

Dengan demikian telah sepakat para mufassir untuk mengartikan Allah Nurussamawati wal Ardh sebagai Al hadi; yang memberikan hidayah, yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Dalam hal ini tidak ada pertentangan antara Ibnu Mas’ud, Ibnu Qayyim dan yang lainnya. Mereka sepakat bahwa Nur adalah Allah sendiri bukan cahaya-Nya. Sebab kalau cahaya dengan arti yang sebenarnya maka kita telah menyembah bukan Dzat-Nya tetapi ciptaan-Nya sehingga kita termasuk orang yang berbuat syirik. Sama halnya apabila kita menyembah matahari, karena matahari juga disebut Nur, kitab-kitab disebut Nur, ilmu juga disebut nur, hidayah berarti nur, si fulan juga nur bagi negaranya, Muhammad juga nur dst. Akan tetapi yang dibahas pada ayat diatas adalah Allah sebagai Nur, nurun ‘ala nurin. Dia cahaya diatas cahaya .

Untuk lebih jelasnya kita lanjutkan bagaimanakah kenyataan Nur yang dimaksudkan oleh tafsir berikutnya : ( matsalu nuurihi ) perumpamaan cahaya Allah dalam hati orang-orang mukmin bagaikan sebuah misykat ( kamisykatin fiha misbahun / cerukan pada dinding yang didalamnya terdapat pelita, yaitu cahaya yang terhimpun di dalam misykat yang mengakibatkan cahaya itu bersinar amat terang sekali .

Di dalam kitab Tasyhil dijelaskan : Bahwa makna sifat Nur Allah sulit digambarkan oleh pikiran manusia, maka dibuatlah perumpamaan seperti sifatnya misykat yang didalamnya ada pelita yang terang benderang karena sinarnya terhimpun disitu. Misykat itu ibarat hati orang mukmin, sedangkan hidayah itu adalah Nur Allah yang menuntun hati orang mukmin menuju jalan yang haq. Dengan Nur itulah Allah akan membimbing menjadi ‘khusyu’, bertakwa, bergetar hatinya dikala disebut nama Allah, dan menenangkan hati, serta melapangkannya. Nur Allah itu bukan berwarna kuning, biru, atau yang putih berkilauan, sebab itu masih berupa apa yang bisa kita bayangkan. Sedangkan Nur Allah bukan berupa huruf, bukan suara, bukan wujud materi. Seperti disebutkan didalam kitab Masyariq, bahwa Nur, ilham, wahyu, ialah sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat. Dikehendaki dengan cepat ialah dituangkan sesuatu pengetahuan-pengetahuan kedalam jiwa sekaligus dengan tidak lebih dahulu timbul pikiran dan muqaddimat-muqaddimatnya. Itulah yang dimaksudkan Allah memberikan tuntunan dengan Nur-Nya. Nur di sini berarti ilham atau wahyu , intuisi, naluri.

Almishbahu fii zujaajah), pelita itu terbuat dari kaca yang bening, seakan-akan bintang-bintang seperti mutiara, yang minyaknya berasal dari pohon zaitun yang di berkati. Dan mengandung manfaat yang sangat banyak.

Laasyarqiyya wa la gharbiyyah ~ tidak tumbuh ditimur dan tidak juga di barat. Ayat ini menggambarkan bahwa Nur itu tidak bisa digambarkan sehingga tidak bisa dikatakan berada dimana dan bagaimana. Tidak barat juga tidak timur berarti tidak ada batas ruang waktu, tidak ada tempat. Diibaratkan berada di ruang yang tidak ada apa-apa, misalnya berada di padang pasir yang luas, tidak ada gunung, tidak ada pohon, tidak ada goa, atau seperti kalau kita berada diruang angkasa, kita berada di luar pengaruh siang dan malam, tidak dibatasi oleh bumi dan planet lainnya maka kita akan berada di wilayah yang tidak ada barat, timur, atas, bawah, utara, selatan, tidak ada kemarin tidak ada akan datang , tidak ada hari senin, selasa , bulan, januari, februari dll, yang ada kekinian atau keabadian .

……….bersambung ke 2/2 Tafsir surat An-Nur
Read On 1 komentar

Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, Pahlawan Islam dari Seratus Medan Pertempuran

Sabtu, Juli 04, 2009
Hingga akhirnya Shalahuddin memancung raja besar tersebut sambil berkata, “Aku adalah duta Rasulullah SAW untuk menolong umatnya.” Kepala Bernas dikirim ke setiap tenda tawanan musuh dan dikatakan pada mereka, “Ini sebab karena dulu ia melecehkan Rasulullah SAW.” Sebelumnya, saat mencegat dan menganiaya rombongan haji, Bernas pernah berkata, “Suruh Nabi kalian datang ke sini agar menolong kalian!”....

----------

Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.

Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui "Siratun Nabawiyah". Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.

Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.

Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang Islam.

Seorang penulis Barat berkata, "Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan, berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit dan para pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin".

"Setiap cara dan jalan ditempuh", kata Hallam guna membangkitkan kefanatikan itu. Selagi seorang tentara Salib masih menyandang lambang Salib, mereka berada di bawah lindungan gereja serta dibebaskan dari segala macam pajak dan juga untuk berbuat dosa.

Peter The Hermit sendiri memimpin gelombang serbuan yang kedua terdiri dari empat puluh ribu orang. Setelah mereka sampai ke kota Malleville mereka menebus kekalahan gelombang serbuan pertama dengan menghancurkan kota itu, membunuh tujuh ribu orang penduduknya yang tak bersalah, dan melampiaskan nafsu angkaranya dengan segala macam kekejaman yang tak terkendali. Gerombolan manusia fanatik yang menamakan dirinya tentara Salib itu mengubah tanah Hongaria dan Bulgaria menjadi daerah-daerah yang tandus.

"Bilamana mereka telah sampai ke Asia Kecil, mereka melakukan kejahatan-kejahatan dan kebuasan-kebuasan yang membuat alam semesta menggeletar" demikian tulis pengarang Perancis Michaud.

Gelombang serbuan tentara Salib ketiga yang dipimpin oeh seorang Rahib Jerman, menurut pengarang Gibbon terdiri dari sampah masyarakat Eropa yang paling rendah dan paling dungu. Bercampur dengan kefanatikan dan kedunguan mereka itu izin diberikan guna melakukan perampokan, perzinaan dan bermabuk-mabukan. Mereka melupakan Konstantin dan Darussalam dalam kemeriahan pesta cara gila-gilaan dan perampokan, pengrusakan dan pembunuhan yang merupakan peninggalan jelek dari mereka atas setiap daerah yang mereka lalui" kata Marbaid.

Gelombang serbuan tentara Salib keempat yang diambil dari Eropa Barat, menurut keterangan penulis Mill "terdiri dari gerombolan yang nekat dan ganas. Massa yang membabi buta itu menyerbu dengan segala keganasannya menjalankan pekerjaan rutinnya merampok dan membunuh. Tetapi akhirnya mereka dapat dihancurkan oleh tentara Hongaria yang naik pitam dan telah mengenal kegila-gilaan tentara Salib sebelumnya.

Tentara Salib telah mendapat sukses sementara dengan menguasai sebagian besar daerah Syria dan Palestina termasuk kota suci Yerusalem. Tetapi Kemenangan-kemenangan mereka ini telah disusul dengan keganasan dan pembunuhan terhadap kaum Muslimin yang tak bersalah yang melebihi kekejaman Jengis Khan dan Hulagu Khan.

John Stuart Mill ahli sejarah Inggris kenamaan, mengakui pembunuhan-pembunuhan massal penduduk Muslim ini pada waktu jatuhnya kota Antioch. Mill menulis: "Keluruhan usia lanjut, ketidakberdayaan anak-anak dan kelemahan kaum wanita tidak dihiraukan sama sekali oleh tentara Latin yang fanatik itu. Rumah kediaman tidak diakui sebagai tempat berlindung dan pandangan sebuah masjid merupakan pembangkit nafsu angkara untuk melakukan kekejaman. Tentara Salib menghancurleburkan kota-kota Syria, membunuh penduduknya dengan tangan dingin, dan membakar habis perbendaharaan kesenian dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga, termasuk "Kutub Khanah" (Perpustakaan) Tripolis yang termasyhur itu. "Jalan raya penuh aliran darah, sehingga keganasan itu kehabisan tenaga," kata Stuart Mill. Mereka yang cantik rupawan disisihkan untuk pasaran budak belian di Antioch. Tetapi yang tua dan yang lemah dikorbankan di atas panggung pembunuhan.

Lewat pertengahan abad ke-12 Masehi ketika tentara Salib mencapai puncak kemenangannya dan Kaisar Jerman, Perancis serta Richard Lionheart Raja Inggris telah turun ke medan pertempuran untuk turut merebut tanah suci Baitul Maqdis, gabungan tentara Salib ini disambut oleh Sultan Shalahuddin al Ayyubi (biasa disebut Saladin), seorang Panglima Besar Muslim yang menghalau kembali gelombang serbuan umat Nasrani yang datang untuk maksud menguasai tanah suci. Dia tidak saja sanggup untuk menghalau serbuan tentara Salib itu, akan tetapi yang dihadapi mereka sekarang ialah seorang yang berkemauan baja serta keberanian yang luar biasa yang sanggup menerima tantangan dari Nasrani Eropa.

Siapakah Shalahuddin? Bagaimana latar belakang kehidupannya?

Shalahuddin dilahirkan pada tahun 1137 Masehi. Pendidikan pertama diterimanya dari ayahnya sendiri yang namanya cukup tersohor, yakni Najamuddin al-Ayyubi. Di samping itu pamannya yang terkenal gagah berani juga memberi andil yang tidak kecil dalam membentuk kepribadian Shalahuddin, yakni Asaduddin Sherkoh. Kedua-duanya adalah pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.

Asaduddin Sherkoh, seorang jenderal yang gagah berani, adalah komandan Angkatan Perang Syria yang telah memukul mundur tentara Salib baik di Syria maupun di Mesir. Sherkoh memasuki Mesir dalam bulan Februari 1167 Masehi untuk menghadapi perlawanan Shawer seorang menteri khalifah Fathimiyah yang menggabungkan diri dengan tentara Perancis. Serbuan Sherkoh yang gagah berani itu serta kemenangan akhir yang direbutnya dari Babain atas gabungan tentara Perancis dan Mesir itu menurut Michaud memperlihatkan kehebatan strategi tentara yang bernilai tinggi.

Ibnu Aziz Al Athir menulis tentang serbuan panglima Sherkoh ini sebagai berikut: "Belum pernah sejarah mencatat suatu peristiwa yang lebih dahsyat dari penghancuran tentara gabungan Mesir dan Perancis dari pantai Mesir, oleh hanya seribu pasukan berkuda".

Pada tanggal 8 Januari 1169 M Sherkoh sampai di Kairo dan diangkat oleh Khalifah Fathimiyah sebagai Menteri dan Panglima Angkatan Perang Mesir. Tetapi sayang, Sherkoh tidak ditakdirkan untuk lama menikmati hasil perjuangannya. Dua bulan setelah pengangkatannya itu, dia berpulang ke rahmatullah.

Sepeninggal Sherkoh, keponakannya Shalahuddin al-Ayyubi diangkat jadi Perdana Menteri Mesir. Tak seberapa lama ia telah disenangi oleh rakyat Mesir karena sifat-sifatnya yang pemurah dan adil bijaksana itu. Pada saat khalifah berpulang ke rahmatullah, Shalahuddin telah menjadi penguasa yang sesungguhnya di Mesir.

Di Syria, Nuruddin Mahmud yang termasyhur itu meninggal dunia pada tahun 1174 Masehi dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh. Sultan muda ini diperalat oleh pejabat tinggi yang mengelilinginya terutama (khususnya) Gumushtagin. Shalahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya. Shalahuddin bahkan melanjutkan untuk menyebutkan nama raja itu dalam khotbah-khotbah Jumatnya dan mata uangnya. Tetapi segala macam bentuk perhatian ini tidak mendapat tanggapan dari raja muda itu berserta segenap pejabat di sekelilingnya yang penuh ambisi itu. Suasana yang meliputi kerajaan ini sekali lagi memberi angin kepada tentara Salib, yang selama ini dapat ditahan oleh Nuruddin Mahmud dan panglimanya yang gagah berani, Jenderal Sherkoh.

Atas nasihat Gumushtagin, Malikus Saleh mengundurkan diri ke kota Aleppo, dengan meninggalkan Damaskus diserbu oleh tentara Perancis. Tentara Salib dengan segera menduduki ibukota kerajaan itu, dan hanya bersedia untuk menghancurkan kota itu setelah menerima uang tebusan yang sangat besar. Peristiwa itu menimbulkan amarah Shalahuddin al-Ayyubi yang segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan merebut kembali kota itu. Sultan Shalahuddin memanjatkan syukur yang dalam atas kegemilangan tersebut. Ia merebut salib yang mereka klaim sebagai salib Nabi Isa. Salib besar itu berhias emas, mutiara, dan permata. Dia bangun tenda besar dan dipasang di dalamnya singgasana raja berhias bunga-bunga di kedua sisinya.

Shalahuddin mendudukkan para raja terbesar Salibis disamping kanan kirinya sesuai nomor urut mereka. Ia memberikan air es sebagai minum raja-raja tersebut. Namun saat raja Perancis Bernas merebut air itu dan hendak meminumnya, Shalahuddin naik darah dan berteriak lantang, “Aku tidak memberi minum kepadanya!! Karena aku tidak punya perjanjian dengannya!!” Karena kelaliman Bernas selama ini, Shalahuddin tidak memberi grasi kepadanya. Ditawarkannya untuk masuk Islam agar terhindar dari hukuman, namun Bernas menolaknya. Hingga akhirnya Shalahuddin memancung raja besar tersebut sambil berkata, “Aku adalah duta Rasulullah SAW untuk menolong umatnya.” Kepala Bernas dikirim ke setiap tenda tawanan musuh dan dikatakan pada mereka, “Ini sebab karena dulu ia melecehkan Rasulullah SAW.” Sebelumnya, saat mencegat dan menganiaya rombongan haji, Bernas pernah berkata, “Suruh Nabi kalian datang ke sini agar menolong kalian!”

Setelah ia berhasil menduduki Damaskus dia tidak terus memasuki istana rajanya Nuruddin Mahmud, melainkan bertempat di rumah orang tuanya. Umat Islam sebaliknya sangat kecewa akan tingkah laku Malikus Saleh dan mengajukan tuntutan kepada Shalahuddin untuk memerintah daerah mereka. Tetapi Shalahuddin hanya mau memerintah atas nama raja muda Malikus Saleh. Ketika Malikus Saleh meninggal dunia pada tahun 1182 Masehi, kekuasaan Shalahuddin telah diakui oleh semua raja-raja di Asia Barat.

Diadakanlah gencatan senjata antara Sultan Shalahuddin dan tentara Perancis di Palestina, tetapi menurut ahli sejarah Perancis Michaud: "Kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya, sedangkan golongan Nasrani memberi isyarat untuk memulai lagi peperangan." Berlawanan dengan syarat-syarat gencatan senjata, penguasa Nasrani Renanud atau Reginald dari Castillon menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya.

Lantaran peristiwa itu Sultan sekarang bebas untuk bertindak. Dengan siasat perang yang tangkas Sultan Shalahuddin mengurung pasukan musuh yang kuat itu di dekat bukit Hittin pada tahun 1187 M serta menghancurkannya dengan kerugian yang amat besar. Sultan tidak memberikan kesempatan lagi kepada tentara Nasrani untuk menyusun kekuatan kembali dan melanjutkan serangannya setelah kemenangan di bukit Hittin. Dalam waktu yang sangat singkat dia telah dapat merebut kembali sejumlah kota yang diduduki kaum Nasrani, termasuk kota-kota Naplus, Jericho, Ramlah, Caosorea, Arsuf, Jaffa dan Beirut. Demikian juga Ascalon telah dapat diduduki Shalahuddin sehabis pertempuran yang singkat yang diselesaikan dengan syarat-syarat yang sangat ringan oleh Sultan yang berhati mulia itu.

Sekarang Shalahuddin menghadapkan perhatian sepenuhnya terhadap kota Jerusalem yang diduduki tentara Salib dengan kekuatan melebihi enam puluh ribu prajurit. Ternyata tentara salib ini tidak sanggup menahan serbuan pasukan Sultan dan menyerah pada tahun 1193. Sikap penuh perikemanusiaan Sultan Shalahuddin dalam memperlakukan tentara Nasrani itu merupakan suatu gambaran yang berbeda seperti langit dan bumi, dengan perlakuan dan pembunuhan secara besar-besaran yang dialami kaum Muslimin ketika dikalahkan oleh tentara Salib sekitar satu abad sebelumnya.

Menurut penuturan ahli sejarah Michaud, pada waktu Jerusalem direbut oleh tentara Salib pada tahun 1099 Masehi, kaum Muslimin dibunuh secara besar-besaran di jalan-jalan raya dan di rumah-rumah kediaman. Jerusalem tidak memiliki tempat berlindung bagi umat Islam yang menderita kekalahan itu. Ada yang melarikan diri dari cengkeraman musuh dengan menjatuhkan diri dari tembok-tembok yang tinggi, ada yang lari masuk istana, menara-menara, dan tak kurang pula yang masuk masjid. Tetapi mereka tidak terlepas dari kejaran tentara Salib. Tentara Salib yang menduduki masjid Umar di mana kaum Muslimin dapat bertahan untuk waktu yang singkat, mengulangl lagi tindakan-tindakan yang penuh kekejaman. Pasukan infanteri dan kavaleri menyerbu kaum pengungsi yang lari tunggang langgang. Di tengah-tengah kekacaubalauan kaum penyerbu itu yang terdengar hanyalah erangan dan teriakan maut. Pahlawan Salib yang berjasa itu berjalan menginjak-injak tumpukan mayat Muslimin, mengejar mereka yang masih berusaha dengan sia-sia melarikan diri. Raymond d' Angiles yang menyaksikan peristiwa itu mengatakan bahwa di serambi masjid mengalir darah sampai setinggi lutut, dan sampai ke tali tukang kuda prajurit.

Penyembelihan manusia biadab ini berhenti sejenak, ketika tentara Salib berkumpul untuk melakukan misa syukur atas kemenangan yang telah mereka peroleh. Tetapi setelah beribadah itu, mereka melanjutkan kebiadaban dengan keganasan. Semua tawanan kata Michaud, yang tertolong nasibnya karena kelelahan tentara Salib yang semula tertolong karena mengharapkan diganti dengan uang tebusan yang besar, semua dibunuh dengan tanpa ampun. Kaum Muslimin terpaksa menjatuhkan diri mereka dari menara dan rumah kediaman; mereka dibakar hidup-hidup, mereka diseret dari tempat persembunyiannya di bawah tanah; mereka dipancing dari tempat perlindungannya agar keluar untuk dibunuh di atas timbunan mayat.

Cucuran air mata kaum wanita, pekikan anak-anak yang tak bersalah, bahkan juga kenangan dari tempat di mana Nabi lsa memaafkan algojo-algojonya, tidak dapat meredakan nafsu angkara tentara yang menang itu. Penyembelihan kejam itu berlangsung selama seminggu. Dan sejumlah kecil yang dapat melarikan diri dari pembunuhan jatuh menjadi budak yang hina dina.

Seorang ahli sejarah Barat, Mill menambahkan pula: Telah diputuskan, bahwa kaum Muslimin tidak boleh diberi ampun. Rakyat yang ditaklukkan oleh karena itu harus diseret ke tempat-tempat umum untuk dibunuh hidup-hidup. Ibu-ibu dengan anak yang melengket pada buah dadanya, anak-anak laki-laki dan perempuan, seluruhnya disembelih. Lapangan-lapangan kota, jalan-jalan raya, bahkan pelosok-pelosok Jerusalem yang sepi telah dipenuhi oleh bangkai-bangkai mayat laki-laki dan perempuan, dan anggota tubuh anak-anak. Tiada hati yang menaruh belas kasih atau teringat untuk berbuat kebajikan.

Demikianlah rangkaian riwayat pembantaian secara masal kaum Muslimin di Jerusalem sekira satu abad sebelum Sultan Shalahuddin merebut kembali kota suci, di mana lebih dari tujuh puluh ribu umat Islam yang tewas.

Sebaliknya, ketika Sultan Shalahuddin merebut kembali kota Jerusalem pada tahun 1193 M, dia memberi pengampunan umum kepada penduduk Nasrani untuk tinggal di kota itu. Hanya para prajurit Salib yang diharuskan meninggalkan kota dengan pembayaran uang tebusan yang ringan. Bahkan sering terjadi bahwa Sultan Shalahuddin yang mengeluarkan uang tebusan itu dari kantongnya sendiri dan diberikannya pula kemudian alat pengangkutan. Sejumlah kaum wanita Nasrani dengan mendukung anak-anak mereka datang menjumpai Sultan dengan penuh tangis seraya berkata: Tuan saksikan kami berjalan kaki, para istri serta anak-anak perempuan para prajurit yang telah menjadi tawanan Tuan, kami ingin meninggalkan negeri ini untuk selama-lamanya. Para prajurit itu adalah tumpuan hidup kami. Bila kami kehilangan mereka akan hilang pulalah harapan kami. Bilamana Tuan serahkan mereka kepada kami mereka akan dapat meringankan penderitaan kami dan kami akan mempunyai sandaran hidup.

Sultan Shalahuddin sangat tergerak hatinya dengan permohonan mereka itu dan dibebaskannya para suami kaum wanita Nasrani itu. Mereka yang berangkat meninggalkan kota, diperkenankan membawa seluruh harta bendanya. Sikap dan tindakan Sultan Shalahuddin yang penuh kemanusiaan serta dari jiwa yang mulia ini memperlihatkan suasana kontras yang sangat mencolok dengan penyembelihan kaum Muslimin di kota Jerusalem dalam tangan tentara Salib satu abad sebe1umnya. Para komandan pasukan tentara Shalahuddin saling berlomba dalam memberikan pertolongan kepada tentara Salib yang telah dikalahkan itu.

Para pelarian Nasrani dari kota Jerusalem itu tidaklah mendapat perlindungan oleh kota-kota yang dikuasai kaum Nasrani. Banyak kaum Nasrani yang meninggalkan Jerusalem, kata Mill, pergi menuju Antioch, tetapi panglima Nasrani Bohcmond tidak saja menolak memberikan perlindungan kepada mereka, bahkan merampasi harta benda mereka. Maka pergilah mereka menuju ke tanah kaum Muslimin dan diterima di sana dengan baik. Michaud mcmberikan keterangan yang panjang lebar tentang sikap kaum Nasrani yang tak berperikemanusiaan ini terhadap para pelarian Nasrani dari Jerusalem. Tripoli menutup pintu kotanya dari pengungsi ini, kata Michaud. Seorang wanita karena putus asa melemparkan anak bayinya ke dalam laut sambil menyumpahi kaum Nasrani yang menolak untuk memberikan pertolongan kepadanya, kata Michaud. Sebaliknya Sultan Shalahuddin bersikap penuh timbang rasa terhadap kaum Nasrani yang ditaklukkan itu. Sebagai pertimbangan terhadap perasaan mereka, dia tidak memasuki Jerusalem sebelum mereka meninggalkannya.

Dari Jerusalem Sultan Shalahuddin mengarahkan pasukannya ke kota Tyre, di mana tentara Salib yang tidak tahu berterima kasih terhadap Sultan Shalahuddin yang telah mengampuninya di Jerusalem, menyusun kekuatan kembali untuk melawan Sultan. Sultan Shalahuddin menaklukkan sejumlah kota yang diduduki oleh tentara Salib di pinggir pantai, termasuk kota Laodicea, Jabala, Saihun, Becas, dan Debersak. Sultan telah melepas hulu balang Perancis bernama Guy de Lusignan dengan perjanjian, bahwa dia harus segera pulang ke Eropa. Tetapi tidak lama setelah pangeran Nasrani yang tak tahu berterima kasih ini mendapatkan kebebasannya, dia mengingkari janjinya dan mengumpulkan suatu pasukan yang cukup besar dan mengepung kota Ptolemais.

Jatuhnya Jerusalem ke tangan kaum Muslimin menimbulkan kegusaran besar di kalangan dunia Nasrani. Sehingga mereka segera mengirimkan bala bantuan dari seluruh pelosok Eropa. Kaisar Jerman dan Perancis serta raja Inggris Richard Lion Heart segera berangkat dengan pasukan yang besar untuk merebut tanah suci dari tangan kaum Muslimin. Mereka mengepung kota Akkra yang tidak dapat direbut selama berapa bulan. Dalam sejumlah pertempuran terbuka, tentara Salib mengalami kekalahan dengan meninggalkan korban yang cukup besar.

Sekarang yang harus dihadapi Sultan Shalahuddin ialah berupa pasukan gabungan dari Eropa. Bala bantuan tentara Salib mengalir ke arah kota suci tanpa putus-putusnya, dan sungguh pun kekalahan dialami mereka secara bertubi-tubi, namun demikian tentara Salib ini jumlah semakin besar juga. Kota Akkra yang dibela tentara Islam berbulan-bulan lamanya menghadapi tentara pilihan dari Eropa, akhirnya karena kehabisan bahan makanan terpaksa menyerah kepada musuh dengan syarat yang disetujui bersama secara khidmat, bahwa tidak akan dilakukan pembunuhan-pembunuhan dan bahwa mereka diharuskan membayar uang tebusan sejumlah 200.000 emas kepada pimpinan pasukan Salib. Karena kelambatan dalam suatu penyelesaian uang tebusan ini, Raja Richard Lionheart menyuruh membunuh kaum Muslimin yang tak berdaya itu dengan dan hati yang dingin di hadapan pandangan mata saudara sesama kaum Muslimin.

Perilaku Raja Inggris ini tentu saja sangat menusuk perasaan hati Sultan Shalahuddin. Dia bernadzar untuk menuntut bela atas darah kaum Muslimin yang tak bersalah itu. Dalam pertempuran yang berkecamuk sepanjang 150 mil garis pantai, Sultan Shalahuddin memberikan pukulan-pukulan yang berat terhadap tentara Salib.

Akhirnya Richard Raja Inggris yang berhati singa itu mengajukan permintaan damai di Ramla yang diterima oleh Sultan, di mana Jerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Raja itu merasakan bahwa yang dihadapinya adalah seorang yang berkemauan baja dan tenaga yang tak terbatas serta menyadari betapa sia-sianya melanjutkan perjuangan terhadap orang yang demikian itu. Dalam bulan September 1192 Masehi dibuatlah perjanjian perdamaian. Tentara Salib itu meninggalkan tanah suci dengan ransel dengan barang-barangnya kembali menuju Eropa.

Berakhirlah dengan demikian serbuan tentara Salib itu tulis Michaud di mana gabungan pasukan pilihan dari Barat merebut kemenangan tidak lebih daripada kejatuhan kota Akkra dan kehancuran kota Askalon. Dalam pertempuran itu Jerman kehilangan seorang kaisarnya yang besar beserta kehancuran tentara pilihannya. Lebih dari enam ratus ribu orang pasukan Salib mendarat di depan kota Akkra dan yang kembali pulang ke negerinya tidak lebih dari seratus ribu orang. Dapatlah dipahami mengapa Eropa dengan penuh kesedihan menerima hasil perjuangan tentara Salib itu, oleh karena yang turut dalam pertempuran terakhir adalah tentara pilihan. Bunga kesatria Barat yang menjadi kebanggaan Eropa telah turut dalam pertempuran ini.

Sultan Shalahuddin mengakhiri sisa-sisa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat dengan membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang diperintahnya. Dalam kemiliteran Sholahuddin dikagumi ketika Richard cedera, Shalahuddin menawarkan pengobatan di saat perang di mana pada saat itu ilmu kedokteran kaum Muslim sudah maju dan dipercaya.

Tetapi sayang, dia tidaklah ditakdirkan untuk lama merasakan nikmat perdamaian. Beberapa bulan kemudian dia pulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Maret tahun 1193. "Hari itu merupakan hari musibah besar, yang belum pernah dirasakan oleh dunia Islam dan kaum Muslimin, semenjak mereka kehilangan Khulafa Ar-Rasyidin" demikian tulis seorang penulis Islam. Kalangan Istana seluruh daerah kerajaan berikut seluruh umat Islam tenggelam dalam lautan duka nestapa. Seluruh isi kota mengikuti usungan jenazahnya ke kuburan dengan penuh kesedihan dan tangisan.

Demikianlah berakhirnya kehidupan Sultan Shalahuddin, seorang raja yang sangat dalam perikemanusiaannya dan tak ada tolok bandingannya, jiwa kepahlawanan yang dimilikinya dalam sejarah kemanusiaan. Dalam pribadinya, Allah telah melimpahkan hati seorang Muslim yang penuh kasih sayang terhadap kemanusiaan dicampur dengan sangat harmonis dengan keperkasaan seorang genius dalam medan pertempuran. Utusan yang menyampaikan berita kematiannnya itu ke Baghdad membawa serta baju perangnya, kudanya, uang sebanyak satu dinar dan 36 dirham sebagai milik pribadinya yang masih ketinggalan. Orang yang hidup satu zaman dengannya, serta segenap ahli sejarah sama sependapat bahwa Sultan Shalahuddin adalah seorang yang sangat lemah lembut hatinya, ramah tamah, sabar, seorang sahabat yang baik dari kaum cendekiawan dan golongan ulama yang diperlakukannya dengan rasa hormat yang mendalam serta dengan penuh kebajikan. "Di Eropa" tulis Philip K Hitti, dia telah menyentuh alam khayalan para penyanyi maupun para penulis novel zaman sekarang, dan masih tetap dinilai sebagai suri teladan kaum kesatria.

Semoga Allah melapangkan kuburnya.
Read On 0 komentar

Atas nama umat & rakyat

Sabtu, Juli 04, 2009
Ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 di Indonesia tinggal menghitung hari. Jika tidak ada perubahan, insya Allah tepatnya pada 8 Juli mendatang, Pilpres secara langsung akan berjalan yang kali kedua.

Pada Pilpres ini, Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, SBY-Boediono dan JK-Wiranto bersaing memperebutkan kursi R1 dan RI 2.
Semakin dekat Pilpres, agenda Capres-Cawapres semakin padat untuk kampanye yaitu yang salah satunya bertujuan meyakinkan masyarakat agar memilih mereka. Capres-Cawapres itu juga memiliki jadwal untuk melakukan debat yang ditampilkan di berbagai stasiun televisi.
Tak hanya Capres-Cawapres yang kerap muncul untuk berdebat. Tim sukses Capres-Cawapres pun tak kalah sibuk tampil baik untuk menyukseskan jalannya kampanye maupun berdebat di acara-acara yang sengaja diformat untuk konsumsi publik.
Di dalam kampanye, kandidat maupun tim kampanye sering mengklaim akan berjuang untuk kesejahteraan umat atau rakyat. Seperti beberapa pernyataan yang tercantum di sejumlah reklame maupun spanduk di jalan atau di sejumlah iklan yang ditampilkan di media cetak maupun elektronik. Di antara pernyataan itu adalah Terus Berjuang untuk Rakyat, Pemerintahan Bersih untuk Rakyat, Pilih Pemimpin Baru untuk Sejahterakan Umat, Pro Rakyat, Ekonomi Kerakyatan dan lain-lain.
Memang, sah-sah saja bagi siapa pun untuk membuat slogan ataupun visi misi yang mengatasnamakan umat atau rakyat. Satu hal yang perlu dipertanyakan apakah para pemimpin itu benar-benar akan melaksanakan apa yang mereka sampaikan itu?
Jangan sampai, apa yang sudah dijanjikan itu hanya untuk menarik simpati umat dan rakyat. Sedangkan setelah terpilih sebagai Presiden-Wapres justru lupa pada janji-janji manis yang telah terucap dan malah menyengsarakan atau mengabaikan kepentingan umat dan rakyat. Mereka yang terpilih tentunya diharapkan tidak mengedepankan kepentingan golongan maupun partainya sendiri. Janji adalah utang.
Diakui atau tidak, masyarakat kian hari semakin cerdas untuk memilih. Tidak dipungkiri masih ada pemilih yang mau memilih satu pasangan tertentu jika diiming-imingi sesuatu baik itu harta maupun jabatan. Sebagai pemilih yang cerdas dan baik tentunya memiliki pertimbangan ketika akan memilih sebab satu suara ikut menentukan nasib bangsa.
Sebagian masyarakat di Indonesia barangkali dapat menilai ketiga pasangan Capres-Cawapres yang akan maju ke bursa Pilpres 2009. Baik Mega, SBY maupun JK pernah memimpin bangsa ini. Mega dan SBY, keduanya sudah pernah duduk di kursi RI 1 sehingga kemungkinan pemilih bisa menilai kinerja dan dedikasi mereka. JK, meski belum pernah menjabat sebagai Presiden, paling tidak pengalamannya sebagai Wapres dapat menambah referensi masyarakat tentang rekam jejaknya.
Penulis yakin pasangan yang akan terpilih nantinya mungkin tidak dapat memenuhi kriteria yang diinginkan dan seideal yang diidam-idamkan seluruh masyarakat. Namun, paling tidak, pasangan yang terpilih nantinya diharapkan mendekati apa yang menjadi dambaan seluruh warga.
Dalam Islam, sosok yang menjadi teladan sebagai pemimpin yaitu Nabi Muhammad SAW. Barangkali, meski tidak bisa 100 persen meneladani sifat Rasul, setidaknya dapat mencoba meneladani apa yang telah dilakukan Rasul. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang ideal sendiri mungkin bukan rahasia lagi.
Berasal usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan Islam. Pada saat yang bersamaan, dia tampil sebagai pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini, 13 abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar (Michael H Hart: 2003).
Pengamat ekonomi syariah, Dr Syafi’i Antonio seperti dikutip dari www.swaramuslim.net menyatakan, jika bangsa ini ingin keluar dari krisis, pemimpinnya harus meneladani sifat-sifat Rasul dalam segala bidang, baik kepemimpinan, ekonomi, manajemen dan lainnya.
Menurut Antonio, Rasul adalah teladan sempurna yang bisa mengintegrasikan kepemimpinan dunia dan akhirat. Seperti Mahatma Gandi, dia tokoh sukses dalam masalah sosial, namun tidak dalam bisnis. Begitu juga Napoleon Bonaparte, seorang militer, namun dia bukan pemimpin. Beda dengan Rasulullah. Dan itulah yang menjadi alasan Michael H Hart menempatkan Rasulullah sebagai nomor satu dari 100 orang berpengaruh dunia.
Sementara itu, pada situs www.m-dinsyamsuddin.com tercantum beberapa pernyataan bersama Ormas-ormas Islam menyambut tahun baru 1430 H. Salah satu poin pada pernyataan itu adalah para pemimpin dan elite nasional maupun daerah diajak untuk bersungguh-sungguh dalam mengurus negara/pemerintahan, berhikmat sebesar-besarnya pada hajat hidup rakyat, memberikan keteladanan yang baik (sidik, amanah, tablig, fathonah), bersikap jujur dan tepercaya mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan sendiri dan kelompok.
Sebagai akhir tulisan ini, sebuah iklan Semua koar-koar, milihnya harus pintar, memberikan masukan kepada masyarakat agar benar-benar menjatuhkan pilihan dengan cerdas dan pintar. Sehingga, diharapkan dapat terpilih Presiden-Wapres yang berkualitas yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat dan rakyat.
Bagi umat Islam, tak ada salahnya melakukan Salat Istikharah sebelum memilih pemimpin yang akan memegang tampuk kepemimpinan lima tahun ke depan.
Selamat memilih dengan cerdas. Semoga tercipta Pilpres yang damai. Siapapun calonnya harus siap menang dan siap kalah. - Oleh : Nadhiroh, Wartawan SOLOPOS
Read On 0 komentar

3 Strategi Perang China Yang Banyak Ditiru Koruptor Indonesia

Rabu, April 08, 2009
Negara China mempunyai sejarah yang panjang dalam hal peperangan antar kerajaannya. Sehingga banyak orang pintar yang menjadi penasehat perang atau para jendral harus mengadu strategi untuk memenangkan sebuah peperangan. Di antaranya yang paling terkenal adalah Sun Tsu , Sun Bing , Qin Shi Huang, Liu Bang, Cao-Cao, Zhuge Liang , dll. Nah tulisan kali ini kita hanya akan membahas 3 strategi perang China jaman dulu yang dikembangkan dan dipraktekkan di jaman modern ini terutama di Indonesia. Kenapa cuma tiga ? Karena ada ribuan atau mungkin ratusan ribu strategi perang yang mereka terapkan jaman dulu yang tidak mungkin kita bahas satu persatu. Nah apa-apa saja strategi perangnya itu ? Mari kita bahas satu persatu.

1. Untuk menaklukan dunia saya tidak perlu memiliki seribu pasukan tetapi saya hanya butuh satu anak perempuan yang paling cantik di negeri ini. (Sun Tsu)

Maksud dari tulisan ini adalah :
Pada jaman dahulu di negeri China seorang Kaisar dapat memiliki selir hingga mencapai 200 orang. Bagi yang memiliki anak perempuan yang cantik dapat di ajukan ke Kaisar untuk dipersunting sebagai selir. Nah kalau kita memiliki seorang anak perempuan yang cantik bahkan paling cantik di negeri itu maka otomatis pasti akan dijadikan selir oleh Kaisar. Dan dengan menjadi yang tercantik dari semua selir yang di miliki Kaisar maka tentunya akan menjadi selir kesayangan Kaisar yang mana akan dipenuhi semua permintaannya oleh Kaisar. Jadi dengan begitu kita bisa memerintah kerajaan melalui sang anak.
Jadi inti dari seni perang ini adalah mempergunakan daya tarik wanita atau di negeri China dikenal dengan strategi " JEBAKAN WANITA CANTIK "

Bagaimana hal ini dipraktekan di jaman modern ???
Teori ini dikembangkan dengan baik di bidang pemasaran dan politik.
Kita bisa lihat bagaimana tenaga-tenaga wanita dijadikan Sales Promotion Girls untuk menarik pembeli atau pengunjung suatu event dan bagaimana tenaga wanita juga dijadikan Lady Escourt yang kerjanya melakukan lobby kepada klien guna memenangkan sebuah tender. Selain dari pada itu kita juga mendengar wanita dimanfaatkan untuk menghancurkan karir seseorang dengan memakai jasa mereka sebagai pembuat scandal kepada lawan bisnis atau politik.

2. Setelah sampai didaerah musuh bakar kapal dan buang persediaan makan. (Xiang Yu)
Maksud dari teori ini adalah :
Ketika seorang Jendral kejam yang bernama Xiang Yu ingin memaksa anak buahnya berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan maka cara yang ditempuhnya adalah dengan mengancam kelangsungan hidup dari para tentaranya dengan membakar kapal untuk mereka pulang serta membuang semua perbekalan untuk makan mereka. Sehingga kalau mereka tetap ingin hidup jalan satu-satunya adalah memenangkan perang. Karena kalau mereka dapat memenangkan peperangan berarti mereka dapat merampas semua kebutuhan yang mereka butuhkan dari pihak musuh yang kalah.

Di jaman modern strategi ini dipraktekan di bidang perdagangan atau lebih tepatnya di bidang Ketenaga kerjaan.
Cara yang dilakukan pengusaha atau perusahaan adalah dengan memberikan gaji yang kecil dan pas-pasan kepada karyawan agar mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan baru bisa mencukupi kebutuhan mereka kalau mereka mencapai target yang ditentukan perusahaan dengan imbalan bonus dari pencapaian target. Jadi dengan gaji yang pas-pasan atau malah kurang, maka tanpa disuruhpun para pegawai mereka akan bekerja mati-matian untuk mencapai target yang ditentukan agar menerima bonus yang dijanjikan perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

3. Tempat yang paling aman adalah tempat yang paling berbahaya. ( Sam Kok )
Apa maksud dari tulisan diatas ???
Maksudnya adalah ketika melakukan pencurian di istana kaisar maka tempat yang paling aman bersembunyi adalah di istana itu sendiri. Kenapa ??? Karena kebiasaan orang mencuri di istana kaisar pasti sudah lari terbirit-birit dengan memakai jurus langkah sejuta. Karena kalau ketahuan mencuri akan langsung di hukum pancung atau disiksa sampai mati . Maka dengan tetap di istana bahkan berteriak maling dan ikut serta dalam pencarian pencuri itu maka pasti orang tidak akan menyangka bahwa dialah yang melakukan pencurian karena semua orang tidak akan mempuyai nyali seperti itu.

Dijaman sekarang ini strategi perang ini malah lebih sering kita temukan di Indonesia. Para pejabat atau pemilik kekuasaan yang melakukan korupsi akan lebih dulu teriak maling kepada orang lain dan bertindak seakan-akan ingin memberantas korupsi agar orang menyangka dirinya bersih dari korupsi. Orang sudah pasti akan berpaling kepada orang yang diteriakan dari pada kepada dirinya yang pura-pura bersih bahkan orang akan mendukungnya atas usahanya memberantas korupsi padahal dialah biang dari korupsi itu.

Dari tulisan diatas kita dapat melihat bahwa strategi perang China jaman dahulu tersebut telah dimodif sedemikian rupa agar dapat dipergunakan di abad modern ini . Tetapi yang sangat disayangkan mereka menggunakannya untuk kepentingan dan keperluan yang negatif.
Read On 0 komentar

Strategi (Perang) Bank Dunia

Rabu, April 08, 2009
Go Rin No Sho adalah buku hasil perenungan Musashi, pendekar samurai dan ahli strategi perang dari Jepang di akhir hayatnya. Seperti kitab strategi perang Sun Tzu, The Art of War atau Seni Berperang, buku yang kemudian diterjemahkan menjadi A Book of Five Rings atau Kitab Lima Cincin itu pun telah menjadi ‘kitab suci’ kalangan pebisnis dan eksekutif di Amerika Serikat, Jepang dan seantero jagad di era modern ini.

Tak terkecuali pemerintahan George Walker Bush. Tampaknya ia tak main-main dengan taktik perang ala ‘pendekar’ dari Cina dan Jepang itu. Bukan hanya teori yang diserap, bila perlu langsung menempatkan ahli strategi militer sekaliber Paul Wolfowitz sebagai calon presiden Bank Dunia. Orang pun cepat menduga, Bush yang baru saja menginvasi Irak, ingin melebarkan sayap ‘imperialisme’-nya.

AS, setelah Uni Soviet runtuh, praktis menjadi kekuatan (militer dan politik) tunggal yang tak ada tandingannya. Kemenangan sudah pasti di tangan. Tapi, bila ingin lebih digdaya lagi terhadap dunia ketiga, AS harus menguasai ekonominya. Bisa juga di balik, bila ingin ‘menguasai’ suatu negara, kuasailah ekonominya terlebih dulu. Itulah strategi imperialis gaya lama yang diterapkan Portugis dan Belanda saat menjajah Indonesia lewat penuasaan rempah-rempah.

Lembaga keuangan multilateral produk Bretton Woods itu, sejak didirikan 61 tahun lalu telah menjadi ‘hak’ AS untuk menentukan presidennya. (Sedangkan IMF menjadi ‘hak’ negara-negara Eropa). Medium inilah yang kini ingin dimanfaatkan Bush untuk menyokong aksi ‘imperialis’ terhadap (ekonomi) negara dunia ketiga. Toh, aksi militer di Irak, misalnya, meski dibungkus alasan senjata pemusnah massal yang membahayakan keamanan dunia --diakui atau tidak-- sesungguhnya adalah demi oil for US: ekonomi juga.

Bank Dunia (dan IMF) --diakui atau tidak—sejatinya juga ditujukan untuk ‘menguasai’ negara-negara Selatan. Ini pula yang menjadi keprihatinan masyarakat internasional yang kemudian menimbulkan protes di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk Jakarta, pada ulang tahun Bank Dunia ke-60, tahun lalu. Isu yang mereka usung adalah menghentikan imperialisme utang ala Bank Dunia. Sebut saja, jaringan masyarakat internasional itu; A SEED Europe, Jubilee USA Network, dan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) di Jakarta.

Mereka memprotes Bank Dunia mendanai proyek-proyek di banyak negara yang kenyataannya justru menyengsarakan rakyat di negara itu. Itu belum termasuk ekses yang ditimbulkannya, seperti kerusakan lingkungan, korupsi, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan bahkan kemiskinan yang tak kunjung terselesaikan. Dan, menurut Jatam, yang paling penting adalah dalam enam dekade kehadiran Bank Dunia, ternyata tak satu pun negara yang mampu melepaskan diri dari cengkeraman Bank Dunia –untuk tidak menyebutnya makin terperosok ke dalam krisis utang yang berkepanjangan. Indonesia, Brazil, Peru, Ekuador adalah contohnya.

Jadi, dengan atau tanpa ahli strategi perang Irak, yang mantan dubes AS untuk Indonesia itu, Bank Dunia tak ayal, sesungguhnya telah menjelma menjadi kekuatan imperialis utama dunia abad ini menggantikan model lama yang konvensional dan amat kentara kolonialnya itu. Kita bisa salah menduga, penempatan Paul Wolfowitz sebagai presiden Bank Dunia itu sebagai tamsil Bush tentang strategi perangnya Sun Tzu atau Musashi agar nafsu imperialis tak terlalu kentara atau malah agar makin hebat? Bukankah, salah satu kunci kehebatan Sun Tzu dan Musashi adalah sikap sederhana dan rendah hati untuk bermain bersih? q rizagana
Dimuat di Investor Daily, edisi 5 April 2005 halaman 24
Rubrik RASAN
Read On 0 komentar

Machiavelli

Rabu, April 08, 2009
Niccolo Machiavelli adalah salah seorang philoshopher dan artis dari masa Renaissance di Eropa dulu. Dia lahir di Florence, Italy sekitar tahun 1469. Dulunya Italy itu belum seperti sekarang, jadi masih terpecah-pecah dan Florence sendiri adalah negara kerajaan yang kemudian berubah menjadi Republik. Selain philosopher, dia juga seorang pegawai pemerintahan dengan tugas khusus untuk menangani masalah kebijaksanaan luar negeri. Nah dari tugasnya inilah Machiavelli mendapat inspirasi untuk menulis buku filsafatnya yang paling terkenal yaitu "The Prince", karena dia sempat diutus ke Perancis untuk menangani masalah dengan pemerintahan disana. Ketika itu dia melihat bagaimana seorang raja/pangeran memerintah sebuah negara yang sangat luas (wilayah kekuasaan perancis pada waktu itu masih sama dengan wilayahnya sekarang ini). Dan ketika dia pulang ke Florence, dia menyaksikan sendiri kekejaman seorang raja dalam soal merebut kekuasaan. Dari sinilah dia merasa kalau kekuasaan sebuah negara itu tergantung kekuatan tentaranya. Dia lalu memaksa pemerintah Florence untuk merubah negara republik tsb menjadi negara militer dan permintaannya itu dikabulkan. Dia juga diangkat menjadi kepala militer tsb. Dia lalu mencoba kekuatan tentaranya dengan merebut kota Pisa, dia memimpin sendiri penyerangan tsb dan tanpa disangka ternyata ekspedisi tsb berhasil dengan gemilang. Tapi karena ekspedisi tsb, Pope Julius II (yang menyuruh Michaelangelo untuk melukis gambar2 dari Alkitab di atap The Sistine Chapel) yang merupakan pemimpin kerajaan Holy Roman Catholic merasa cemas, jadinya dia memutuskan untuk menyerang Florence. Akibat perang tsb, Machiavelli disingkirkan dari jabatannya dan dituduh sebagai biang kerok dalam rencana kudeta keluarga Medici yang merupakan pemimpin Florence setelah perang itu. Dia mengaku tidak bersalah selama dipenjara, dan akhirnya ketika dia dibebaskan, dia memutuskan untuk tinggal diluar kota Florence. Pada waktu inilah dia memulai buku "The Prince" dan "Discourses on The First Ten Books of Livy".
Maksudnya dia menulis buku ini adalah sebagai paduan dalam membuat dan mempertahankan suatu prinsip, supaya dapat membantu rakyat walaupun tidak secara langsung. Machiavelli teringat bagaimana Perancis dapat berjalan dengan baik dalam kepemimpinan seorang pangeran.
Karena bukunya inilah Maciavelli diangkat kembali menjadi menteri di pemerintahan Florence. Dia terlibat lagi dalam peperangan bersama Pope Julius II, tetapi ketika dia kembali Florence sudah menjadi Republik kembali. DAn dia kehilangan jabatannya lagi, dia lalu jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada tahun 1527.
Di Eropa dia dianggap sebagai bapak filsafat-sejarah dan pencipta political-science berdasarkan pengalaman sejarah. Dia juga diingat melalui tulisan2 sejarah dan politik, cerpen2, dan komedi. Dan pada jaman sekarang ini setiap seseorang yang menggunakan taktik2 tidak baik untuk merebut kekuasaan politik biasanya disebut Machiavellian dan pandangan mereka disebut Machiavellianism.
Dalam buku The Prince dia menjelaskan ttg cara2 merebut kekuasaan dan bagaimana cara mengontrolnya, dengan tidak mempedulikan etika moral dan aturan.

About The Prince, Machiavelli states that :
"Because how one ought to live is so far removed from how one lives that he who lets go of what is done for that which one ought to do sooner learns ruin than his own preservation: because a man who might want to make a show of goodness in all things necessarily comes to ruin among so many who are not good. Because of this it is necessary for a prince, wanting to maintain himself, to learn how to be able to be not good and to use this and not use it according to necessity."
Read On 0 komentar

Recent Comments

تقويم الهجري

jam piro kang?

Followers


Name :
Web URL :
Message :

Recent Posts